

UKRI – Bangsa yang kuat dan bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya sendiri. Oleh karena itu hobi saya yang paling utama, adalah membaca sejarah. Ada banyak yang telah, dan masih dapat saya pelajari dari kisah bangsa kita dan bangsa-bangsa lain. Jika kita belajar sejarah dan sadar akan sejarah bangsa Indonesia, ada banyak kisah ksatria-ksatria yang telah menunjukkan keberaniannya dan ketangguhannya dalam sejarah. Ksatria-ksatria yang berani melawan para penjajah asing daripada tunduk, daripada menyerah, daripada berlutut di hadapan kekuatan congkak dan arogan. Rata-rata mereka adalah ksatria yang berani, jujur, tanpa pamrih dalam membela keadilan dan kebenaran. Salah seorang ksatria panutan saya adalah Jenderal Besar Sudirman.
Jenderal Besar Sudirman adalah suatu contoh keteladanan yang tidak ada taranya dalam sejarah Republik kita. Kita mengenal kepahlawanan Jenderal Sudirman yang dalam keadaan sakit memilih memimpin pasukan gerilya di gunung. Beliau sadar bahwa dengan bergerilya dalam keadaan sakit paru-paru, kemungkinan beliau selamat sangat kecil. Beliau rela berkorban karena beliau menyadari bahwa perjuangan beliau menentukan nasib rakyat Indonesia ke depan. Kenapa Panglima Besar Sudirman pertama kita sangat dihormati karena beliau tidak mau menyerah kepada penjajah. Bayangkan jika panglima besar pertama kita menyerah dan ditangkap musuh, bagaimana nasib bangsa kita sekarang?
Saudara-saudara, saya mengerti, saya paham mengapa Jenderal Sudirman begitu gigih melawan penjajah memimpin perjuangan Republik Indonesia waktu itu. Membaca kisah Jenderal Sudirman mengingatkan saya pada pembinaan dan penggemblengan terhadap diri saya oleh angkatan ’45. Saya generasi yang pernah bersentuhan langsung dengan angkatan ’45, komandan-komandan saya, panglima-panglima saya, orang tua, kakek saya. Di angkatan ’45 menggelora rasa cinta akan bangsa Indonesia. Mereka penuh gelora, penuh rasa bangga, penuh cinta tanah air, dan tidak ingin bangsa Indonesia disepelekan, karena mereka pernah merasakan Indonesia menjadi bangsa yang dijajah, direndahkan oleh bangsa lain. Karena itulah saya digembleng oleh angkatan ’45 untuk tidak boleh menyerah. Jangan sekali-kali menyerah. Jangan pernah menyerahkan sejengkal tanah pun kepada bangsa asing. Pertahankan setiap jengkal tanah dan tumpah darah Indonesia.
Saudara-saudara, siapa tidak kenal sejarah, dapat mengulang kesalahan yang telah terjadi di masa lalu. Kita sebagai bangsa harus sadar dan percaya bahwa kita bangsa yang besar. Sadar dan percaya kita bangsa pemenang. Sadar dan percaya bahwa menjadi bangsa yang kalah bukan takdir kita. Ini adalah bukti sejarah, Jenderal Besar Sudirman mengajarkan bahwa kita bangsa pemenang, pejuang-pejuang kita dulu sudah menorehkan dalam sejarah kita bukan bangsa yang kalah, orangtua-orang tua kita, kakek-nenek kita dengan perjuangan yang gigih membawa kita merdeka. Semua ini adalah dorongan semangat dan energi untuk kita berjuang membuktikan Indonesia bisa keluar dari kemelut dan menghadirkan Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur.
Ditulis oleh Ketua Yayasan Pendidikan Kebangsaan Republik Indonesia H. Prabowo Subianto
Sumber : https://www.facebook.com/PrabowoSubianto/
Ilustrasi Gambar : Dimas Agung Pratama
1 comment. Leave new
Betul sekali, bangsa yang hebat tidak lupa akan sejarah masa lalunya 🙂